
BAKORNAS | Bogor – Ketua umum Lembaga Swadaya Masyarakat Badan Anti Korupsi Nasional (LSM – BAKORNAS) menyebutkan Aktivis merupakan negarawan sejati yang memilki paradigma peka dan kritis dalam segala hal. Sebagaimana disampaikan dalam keterangan persnya pada rabu (24/1/24) Ia menegaskan terlebih bagi aktivis pegiat antikorupsi, yang harus bermental baja karena fokus pada pengawasan penggunaan anggaran yang berasal dari uang negara, serta fokus pada tata kelola pemerintahan. Guna mencegah dan mengungkap upaya dan praktik korupsi serta penyalahgunaan wewenang .
Paradigma adalah Cara Pandang Seseorang, atau merujuk pada dunia pola pikir ataupun teknis penyelesaian masalah yang dilakukan oleh seseorang . Sebuah paradigma umumnya meliputi tiga elemen utama yakni elemen metodologi, elemen epistemologi, dan juga elemen ontologi. Dengan memakai tiga elemen tersebut, manusia menggunakan paradigma untuk meraih berbagai pengetahuan tentang dunia dan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya, jelasnya.

Ketum Bakornas mengungkapkan, Dalam melatih kemampuan berpikir, seseorang harus mempunyai paradigma dalam dirinya. Sebab, hal ini adalah bagian dari pola disiplin intelektual. Dimana paradigma merupakan sebuah model dalam teori ilmu pengetahuan, Anda mungkin akan memahaminya juga sebagai kerangka berpikir. Adapun fungsi dari paradigma yaitu untuk menjadi dasar untuk seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Hal tersebut sesuai dengan tujuan paradigma itu sendiri, yakni membentuk kerangka pemikiran yang mendekati dan terlibat dengan berbagai macam hal atau dengan orang lain.
Katanya, disisi lain, bisa kita artikan juga bahwa hal ini merupakan bentuk mekanisme seseorang dalam memandang terhadap sesuatu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), paradigma adalah model dalam teori ilmu pengetahuan. Tak hanya itu saja, dalam percakapan sehari-hari, istilah paradigma adalah berpikir. Sebab, paradigma merupakan model utama, pola, ataupun metode untuk meraih beberapa jenis tujuan, terangnya.
Menurut tokoh aktivis nasional tersebut, dengan paradigma akan memberikan sebuah dampak besar terhadap asumsi-asumsi dasar dan metode maupun hasil dalam berfikir, bersikap, dan bertingkah laku, sehingga menjadikan paradigma adalah dasar bentuk mekanisme seseorang dalam memandang terhadap sesuatu yang mempengaruhi dalam berpikir dan di implementasikan oleh sikap kemudian terbentuknya sebuah tingkah laku pada manusia.
Dalam bernegara, salah satu paradigma yang umumnya digunakan adalah paradigma pancasila, khususnya di Indonesia. Pancasila sebagai sebuah paradigma yang artinya menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam menjalani segala aspek kehidupan. Hal tersebut juga menyertai berbagai macam permasalahannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
Ia menegaskan, Bagi aktivis arti paradigma berpikir akan membentuk aktivitas pendorong dalam mencapai pelaksanaan sesuatu dengan fundamental cara berpikir seseorang aktivis.
Siapa saja yang hidup di lingkup aktivis, tak lain adalah orang-orang yang penuh tekad, peka terhadap lingkungan, sekaligus kritis dengan segala hal, sebutnya.
Jauh sebelum membentuk sikap yang gigih dalam menginspirasi dan terus mendorong akan suatu hal tercapai, proses dasarnya yaitu bagaimana cara seorang aktivis berpikir.
Memahami dari seluruh mekanisme berpikir maka perlu disadari bahwa landasan menjadi seorang aktivis ialah sadar bahwa semua berasal dari pemikiran yang dibangun secara bertahap dan konsisten, tanggung jawab seorang aktivis tidak hanya di pemikirannya saja tetapi dalam tindakan-tindakannya pun menjadi promotor gerakan.
Anto menegaskan, begitupula dengan karakteristik seorang aktivis pun dibangun melalui pemikiran yang murni mengenai penyelidikan yang teliti dengan pondasi pemikiran itu sendiri terhadap persoalan yang terjadi. Maka, tuntutan seorang aktivis adalah menjadikan dirinya penggerak dengan langkah paling dasar ialah pemikirannya, kemudian dilanjut dengan tindakan-tindakannya lalu menjadikan langkah-langkah yang terus dilakukan itu terwujudnya sebuah karakter murni untuk membangun, mengawasi, dan mengkritisi serta memberikan solusi-solusi alternatif terhadap permasalahan maupun persoalan yang terjadi di kehidupan.
Ia menjelaskan, Aktivis sejati mempunyai sifat negarawan. Negarawan merupakan orang yang dapat mengumpulkan dalam dirinya sifat pemimpin dan sifat guru. Sifat pemimpin ini akan membuat aktivis bersikap bijaksana dalam mengambil keputusan, sedangkan sifat guru menjadikan aktivis mampu menjelaskan dengan tegas masalah yang ada disertai jalan keluarnya.
Selain itu untuk menjadi aktivis sejati harus mampu memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Aktivis perlu merencanakan agenda-agenda mulai dari agenda kecil sampai agenda besar. Misalnya, bagaimana mengatur jadwal dan agenda sehari-hari secara seimbang antara pekerjaan pribadi dan organisasi baik dalam hitungan minggu ataupun tahun. Ini perlu dilakukan sebagai kontrol dan perencanaan untuk mencapai tujuan, tutupnya. (Bkr)

